BINTANG YANG HILANG
Cerpen Dinda Candrasari
Sudah hampir 15 tahun Mentari dan Bintang menghabiskan waktu bersama. Mereka
adalah sepasang sahabat sedari kecil. Dan mereka baru saja masuk SMA 2 bulan
lalu. “Tarriiii...!! Tungguin gue.” teriak Bintang dari dalam rumahnya. Tari
sudah menunggunya 10 menit yang lalu diteras. Mereka selalu berangkat sekolah
bersama dan kebetulan sekolah mereka dari TK sampai SMA tidak pernah terpisah. “Iya-iya
gue tungguin kok sampe lumutan juga gue tungguin.” saut Mentari tidak kalah
kerasnya.
3 menit kemudian Bintang pun keluar juga dari rumahnya. “Lama banget
sih lo, ngapain aja didalem?!” Mentari kesal. “Hehe maaf ya Mentariku tadi
nyari jam tangan dulu.” Bintang sambil menyeringai. “Yaudah ayo! Ntar telat
lagi.” Ajak mentari.
Setelah bel
berbunyi tanda berakhirnya pelajaran, Mentari dan Bintang langsung membereskan
buku pelajaran dan menarik tas segera akan keluar meninggalkan sekolah, karna
mereka berdua ingin ke salah satu toko buku yang sedang mengadakan launching
novel terbaru. “Ayo Ntang! Cepetan nanti ketinggalan lagi.” Ajak Mentari yang
dari tadi menarik Bintang dari kelas. “Adduuhh pelan-pelan dong jalannya, cape
tau!” Bintang merintih dan nafasnya mulai terengah-engah. “Abis lo jalannya
kaya kura-kura sih.” “Yee, biar lambat yang penting selamet. lepasin dooonngg
kaya anak kecil aja deh gue pake dituntun segala.” Bintang agak kesal. “Ssstt
jangan berisik deh, gue tuntun lo biar gak lama.” Mentari tidak melepas
genggaman tangannya dipergelangan Bintang.
Sesampainya
mereka ditoko buku ....
“Hhaaahh
untung aja belum telat.” Mentari menghela nafas,
“Iya, sampe
keringet gua ngucur tangan gue merah dipenggangin terus ckck.” Keluh Bintang.
“Haha, makanya kalo jalan dicepetin kaya prajurit TNI dong, dari kecil
sampe sekarang kalo jalan paling lama.”
“Woo, biarin
yang penting cakep tuh.”
“Wiih pede, haha udah ah ayo masuk.” Mentari dan Bintang masuk ke toko
buku tersebut, dan masing-masing dari mereka mendapat satu novel gratis yang
berjudul ‘Missing Star’.
Malam ini adalah malam minggu, Bintang berniat menginap di rumah
Mentari malam ini sambil membawa novel yang baru dia dapatkan tadi siang, dan
segera meminta ijin ke mamanya.
Dirumah
Mentari ...
‘tok.tok.tok...’
“Tarrii..
Tarrii ..!! buka doonngg !” teriak Bintang dari luar kamar.
“Iya-iya bentaarr.” Saut Mentari dari dalam kamar. Tak lama kemudian
Mentari pun membuka pintu kamarnya, Bintang pun langsung menyerobot masuk
kekamar dan langsung duduk di kursi meja belajar Mentari.
“Gila! Novel
ini kayanya keren banget, Tar.” Bintang langsung nyerocos dengan heboh .
“Op.op.op santai dulu dong, emangnya lo udah baca? Gue belom sempet
baca novelnya.” Ucap Mentari sambil menyisir rambut panjangnya.
“Heemm belom
sih, tapi dari sinopsisnya udah menarik dan keren.”
“Ooohh, baca
di teras balkon aja yuk!”
“ Ayo ayo ! mumpung langit cerah dan bintangnya terang-terang banget.”
Bintang pun langsung gesit berjalan menuju balkon dan langsung duduk bersandar
di bangku putih, Mentari pun mengikutinya.
Bintang sudah
memasang headset, dan mulai membuka novelnya begitu juga dengan Mentari.
Sudah setengah jam mereka duduk santai dan bernyanyi-nyanyi kecil
sambil memerhatikan novelnya itu, tiba-tiba mata Bintang langsung menangkap
benda bercahaya dilangit yg melesat, Bintang langsung membuka headsetnya.
“Tari! Tari! Ada bintang jatuh.” Bintang berteriak sehingga mengagetkan
Mentari, Mentari langsung membuka headsetnya.
“Ada apa sih?
Ngagetin aja deh lo.”
“Ada bintang
jatoh, kita make a wish yuk seperti biasa.” Ajak Bintang.
2 sahabat itu langsung memejamkan mata, dari mereka kecil inilah saat
yang paling selalu mereka tunggu-tunggu.
Mentari
berdoa didalem hati begitupun Bintang..
“Tuhan aku ingin
bersama sahabatku selamanya..” Doa Mentari.
Doa Bintang
“Tuhan aku ingin .............” tapi belum sempat doa itu diteruskan Bintang
merasakan sakit yang luar biasa dikepalanya dan membuat sesak dadanya.
Mentari pun
membuka matanya, dilihatnya Bintang masih menutup mata dan memegangi kepalanya.
“Ntang?”
panggil Mentari.
“What?”
Bintang pun membuka matanya sambil menahan sakit.
“Kebiasaan deh dari kecil kalo doa laammaa banget, doa apaan aja sih
lo? Jangan-jangan udah lo catet yah apa-apa doanya. Haha“
“Hemm ada deh
pokoknya secret. Oiyaa gue nginep dirumah lo ya, biasaaa. Hehe”
“Iyyee, udah
bilang nyokap?”
“Udah
doonngg.”
Selama 15 tahun mereka bersahabat Bintang ataupun Mentari suka saling
menginap, kegiatan favorite mereka adalah curhat-curhatan sampai nangis-nangis,
nyanyi sambil nyetel musik sekenceng-kencengnya seakan dunia milik 2 sahabat
ini.
Hebatnya mereka tidak pernah berantem, karena saking dekatnya mereka,
mereka sering dibilang ‘kembar tak pernah sama’ ataupun ‘manusia langit’.
Hari ini,
hari pertama untuk kembali menjalankan aktifitas lagi.
Seperti
biasa, suara Bintang yang terdengar selalu riang itu memanggil nama Mentari
setiap pagi.
“
Mentariiii...!!! Mentari pagi yang cerah selallluuuu, cepetan dong lama amat
sih dandannya..” teriak Bintang sambil mengetuk pintu kamar Mentari.
“ Iya tunggu
Bintang yang benderang , gak sabar banget sih.”
Tak lama
kemudian Mentari pu keluar.
“Yuk!”
ajaknya.
Disekolah
saat upacara bendera sedang berlangsung.
Mataharipun sudah mulai meninggi, tapi Bintang tiba-tiba tersedak
kepalanya terasa sakit, mukannya mulai memucat. Mentari memerhartikan
gerak-gerik sahabatnya itu dari awal upacara.
“Ntang lo kenapa? Sakit? Gak enak badan? Pusing? Muka lo pucet banget.”
Tanya Mentari panik. “Kita ke UKS aja yuk.” ajak Mentari. Bintang pun hanya
menganggukan kepala.
Tapi sebelum keluar dari barisan mata Bintang langsung gelap dan
akhirnya pingsan, guru-guru pun langsung menolong Bintang dan membawanya ke UKS
Mentari pun menemaninya.
Di UKS.
Sudah hampir
2 jam Bintang tidak sadarkan diri, Mentari pun menelepon mama Bintang.
½ jam
kemudian mama Bintang pun datang dan akhirnya membawa Bintang kerumah sakit.
Bintang koma, sudah 2hari ia belum menyadarkan diri . Banyak
selang-selang yang melilit tubuhnya untuk membantu dia bernafas dan hidup.
Mentari setiap pulang sekolah tidak pernah absen untuk menjenguk
Bintang, dia menemani Bintang sambil mengerjakan PR ataupun membaca novel.
Tapi sekarang
Mentari menangis disamping tempat tidur Bintang.
“Ntang bangun dong, gue kesepian nih gak ada lo yang bawel yang manggil
gue tiap pagi kalo mau berangkat sekolah, bangun Ntang cepet sembuh ya Ntang.”
Mentari menahan tangisnya tapi tetap saja tidak ada jawaban dari Bintang.
Mama Bintang
pun dateng.
“Tari kamu disini? Kamu gak pulang? Kamu kan harus belajar, biar
Bintang tante yang jaga.” Bujuk Mama Bintang.
“Aku mau
temenin Bintang tante.” Suara Mentari dengan nada pelan dan lesu.
“Tante,
Emangnya Bintang sakit apa sih?” Lanjut Mentari.
Mama Bintang
terhenyak, tertegun, dan meneteskan airmata.
“Tante Mira, jawab pertanyaan aku dong!” Desak Mentari, dan itu membuat
Mama Bintang semakin tidak tega, akhirnya mama Bintang bersuara pelan.
“Ng..Ng B-Bintang...” ucap Tante Mira terbata-bata. “Bintang kenapa,
tante?” Mentari semakin penasaran, Mama Bintang memeluk Bintang sambil
menangis.
“ B-b-Bintang
mengidap kanker otak stadium akhir..!!” Jelas mama Bintang sambil sesegukan.
Mendengar hal itu tubuh Mentari yang hangat seakan mendingin, matanya
yang sembab menatap kosong, dadanya sesak, tak percaya dengan apa yang baru ia
dengar sebelumnya Bintang tak pernah bercerita tentang penyakit itu ke dirinya.
“Tari..
mama..” tiba-tiba suara Bintang terdengar samar memecah suasana yang kelam.
Malamnya, masa kritis Bintang sudah lewat, alat-alat medis yang telah
membantu Bintang hidup sudah dilepaskan kecuali infus dan selang kecil untuk
mengalirkan oksigen.
Sehabis Bintang makan malam, Mentari kembali kekamar rawat Bintang dan
berbicara dengan Bintang, matanya masih sembab karna tangis tadi sore.
“Hai, Tar !”
sapa Bintang manis.
“Kenapa lo gak pernah cerita tentang itu ke gue ?” tanya Mentari dengan
penuh sesak didadanya. Bintang tersenyum, dan malah membuat Mentari tidak dapat
menguasai perasaan kecewa dan marah ke Bintang.
“KENAPA LO GAK PERNAH BILANG KE GUE!! Gue bukan sahabat lo? Lo gak
percaya sama gue?” Mentari menangis, “Jawab Ntang! Jangan diem !!” Mentari membentak
dan membuat Bintang sesaat tertegun dan mulai bicara.
“Tar, ajak
gue keluar dulu dong, gue jawab sekalian mau ngeliat bintang-bintang.” Pinta
Bintang.
Mentari pun mengikuti, dan membantu Bintang duduk di kursi roda,
Mentari mengajak Bintang ke halaman yang ada dirumah sakit itu, dan Mentari
duduk dikursi besi panjang.
“Bintangnya banyak plus terang ya,Tar ? seneng banget gue liatnya.”
Bintang memulai pembicaraan.
“Lo belom
jawab pertanyaan gue!” Bentak Mentari.
“Gue gak mau
ngeliat lo sedih, Tar! dan gue gak mau dikasihani sama lo.”
Mentari
terdiam dan berusaha menahan airmatanya yang hampir menetes.
“Oiyaa, lo
udah baca novel Missing Star-nya belom,Tar? Ceritain dong gue belom sempet.”
Mentari
mengangguk, menghapus airmatanya yang berlinang dan menceritakan isi dari novel
tersebut.
Tiba-tiba
ditengah Mentari cerita, Bintang langsung teriak dengan heboh.
“Tar, bintang jatuh, kita make a wish yuk!” ajak Bintang penuh semangat,
tanpa pikir panjang mereka berdua memejamkan mata.
“Tuhan, aku ingin pergi disamping sahabatku.” Doa bintang dalam hati
sambil menarik nafas panjang, dan mengenggam tangan hangatnya Mentari.
Doa itu yang selalu Bintang ucapkan semenjak ia tahu umurnya tidak akan
lama lagi, dan Mentari membuka matanya saat dia menyadari cengkraman tangan
Bintang yang tadi kuat sekarang terlepas dan dingin.
“Ntang , Bintang? Hheemm kebiasaan deh doanya lama banget.” Mentari
sambil memegang bahu Bintang, tapi tidak ada tanggapan dari Bintang dan Bintang
masih menutup matanya.
Mentari
tertegun , dan perasaan Mentari mulai bergejolak.
“Ntang?” suara Mentari bergetar memanggil nama Bintang, tapi nihil
tidak ada gerakan sedikitpun dari tubuh Bintang.
“B-bbiiiinnttaaaaannngg...!!!” Teriak Mentari dan tangisnya yang
ditahannya sedaritadi meledak sekuat-sekuatnya, tubuh hangat Mentari langsung
memeluk erat tubuh sang Bintang yang mendingin.
“Biinnttaaanngg jangan tinggalin gue, gue sayang lo, gue gak punya
sahabat lagi selain lo, Bintang jangan pergi, Bintang bangguunn..” Mentari
mengoyak-oyakan tubuh Bintang yg kini melemas dan tak berdaya.
Bintang menghembuskan nafas terakhirnya, seiring bintang jatuh tadi
yang semakin menjauh sebelum akhirnya menghilang.
Seminggu,
semenjak kepergian Bintang untuk selama-lamanya.
Mentari termenung diteras balkon rumahnya sambil melihat
bintang-bintang dan mengenang hari-harinya dulu bersama Bintang.
“Bintang ,lo tetep yang paling terang buat hidup gue dari dulu sampe
kapanpun, lo sahabat gue.” Bisik Mentari didalam hati dan ada sekecil senyum yang
tergaris dari bibir Mentari.